Saya sebenarnya pernah berkunjung ke pemandian air panas ini satu kali. Waktu itu ada saudara sepupu saya dari Semarang yang punya penyakit gatal, lalu diantar bapak saya ke Candi Umbul untuk berendam. Konon katanya kandungan belerang di pemandian ini dapat mengobati penyakit kulit.
Tetapi kunjungan pertama tersebut tidak meninggalkan memori apa-apa di otak saya.
Maklum, waktu itu umur saya belum ada lima tahun. Saya hanya ingat pernah ke Candi Umbul. Itu saja memori yang tersimpan di otak saya. Berbekal rasa penasaran, Minggu awal bulan Maret saya mendatangi kembali tempat ini. Saya hanya mengikuti arahan papan petunjuk yang ada di depan MTsN Grabag. Tetapi papan tersebut membingungkan. Ada dua petunjuk arah ke Candi Umbul, yang satu di kiri jalan dan satu lagi di kanan jalan. Yang di kiri jalan tertulis jaraknya 2 Km sedangkan yang di kanan jalan tertulis 4 koma sekian Km. Sayang saya tidak sempat foto petunjuk arah yang di kiri jalan.
Saya lalu belok ke kiri mengikuti petunjuk arah tersebut sambil melirik spedometer motor saya. Saya berniat untuk mengkroscek kebenaran jarak pemandian tersebut dari jalan utama. Setelah belok kiri kita akan disuguhi jalan aspal yang cukup sempit. Kalau dua mobil berpapasan sepertinya agak susah ya. Semakin lama jalan semakin jelek. Ada beberapa lubang di aspal.
Setelah beberapa menit melalui jalan ini, sampailah saya di depan pemandian Candi Umbul. Jaraknya dari jalan utama ternyata sekitar 4 Km versi spedometer motor saya.
Tempat parkirnya bisa dibilang cukup. Tidak luas juga tidak sempit. Letaknya persis di pinggir jalan. Saya langsung menuju loket pembayaran retribusi masuk. Harga tiket masuk pada hari Minggu dan Libur untuk dewasa sebesar Rp. 7000,- dan anak sebesar Rp. 6000,-. Parkir motor Rp. 2000 dan mobil Rp. 5000. Kalau selain hari minggu sepertinya lebih murah ya.
Begitu memasuki tempat ini, terhampar jalan setapak berpaving melewati taman di kanan dan kirinya. Dari kejauhan tampak semacam gapura yang membatasi taman dengan kolam air hangatnya.
Taman ini bisa menambah kenyamanan jika dikelola dengan baik. Dipasang tempat buat duduk-duduk atau tanaman yang rimbun sehingga menjadi teduh misalnya.
Kolam berada di belakang gapura. Kolam tersebut bernuansa "kuno" dan dikelilingi tepian yang tersusun dari batuan andesit. Sehingga kesan "jaman dahulu" masih sangat terasa. ditambah dengan batu-batu berelief yang dipajang di salah satu sisi kolam.
Dan ternyata kolamnya lebih sempit dari dugaan saya. Ada dua buah kolam, kolam yang satu adalah kolam air panas (baca= hangat) dan yang satu lagi kolam air biasa yang berukuran lebih sempit. Pada hari Minggu kolam ramai oleh pengunjung. Agak susah sepertinya untuk berenang. Paling ya cuma berendam saja. Jadi kalau datang ke sini tujuannya berenang, mungkin sebaiknya cari tempat lain saja. Saya juga tidak berenang karena di kolam sudah padat sekali manusianya. Cuma muter-muter aja sambil foto-foto.
0 comments:
Post a Comment